Tinjauan Singkat Berbagai Perspektif Psikoterapi
Daftar Isi
Tidak ada asap tanpa ada api, untuk menyelesaikan satu persoalan secara permanen kita tidak bisa sekedar meniupi asapnya, melainkan kita harus memadamkan apinya. Sekedar meniupi asap tanpa memadamkan apinya hanya akan membuat asap itu hilang sementara namun akan kembali mengepul setelah beberapa saat. namun memahami sumber api penyebab asap inilah yang justru menantang, maka pemahaman dasar akan sumber api inilah yang akan menjadi bahasan di artikel kita kali ini.
Perspektif tentang bagaimana sebuah masalah atau ketidaknyamanan tercipta dalam diri seseorang dan menjadi hambatan yang merintanginya untuk bisa merespon tuntutan perannya secara ideal dan perspektif akan penanganannya pada dasarnya sudah kita bahas di artikel ‘Terciptanya Masalah di Pikiran Bawah Sadar‘, namun kita akan mengulasnya kembali secara sekilas kali ini dari berbagai perspektif untuk melengkapi pemahaman yang sudah kita miliki sejauh ini.
PERSPEKTIF PSIKOLOGI-PSIKODINAMIKA (PSYCHODYNAMIC PSYCHOLOGY)
Dalam perspektif Psikodinamika, segala jenis masalah perasaan, pikiran dan perilaku yang seseorang alami di masa kini selalunya adalah ‘buah’ dari ‘bibit’ kejadian masa lalu yang terbentuk di sistem kesadaran pikiran bawah sadarnya, dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak disadari namun justru memiliki porsi energi yang lebih besar dalam menggerakkan respon perasaan, pikiran dan perilaku kita, hal ini menjadikan respon yang terbentuk dari peristiwa masa lalu itu menjadi sesuatu yang sulit kita kendalikan secara sadar dan oleh karenanya sulit ditangani sendiri.
Sigmund Freud adalah sosok legendaris dalam dunia psikologi Psikodinamika yang melahirkan Psikoanalisa sebagai satu rumpun tersendiri dalam dunia psikologi. Freud juga yang mengumpamakan pembagian kesadaran antara pikiran sadar yang bisa kita kendalikan dengan pikiran bawah sadar yang tidak bisa kita kendalikan secara sadar, dalam bentuk fenomena gunung es, dimana bagian kecil yang terlihat di permukaan air adalah pikiran sadar dan bagian besar yang tidak terlihat adalah pikiran bawah sadar.
Ilustrasi fenomena gunung es (iceberg phenomena) dari Freud sangat relevan dengan konsep Psikodinamika dimana bagian besar yang tidak terlihat dari gunung es – yang terendam di bawah permukaan airlah – yang justru sebenarnya menggerakkan bagian kecil yang nampak di permukaan air kemana pun ia bergerak.
Dalam perspektif Psikodinamika, fase tumbuh-kembang dan setiap pengalaman yang kita lalui membentuk serangkaian ‘sistem’ perasaan, pemikiran dan perilaku diri kita dimana ‘sistem’ ini tersimpan di level kesadaran yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Dengan cara kerjanya yang tidak disadari, pikiran bawah sadar justru adalah level pikiran yang sangat sadar, ia selalu aktif dan menyadari apa pun yang kita alami di luar diri kita, meski cara kerjanya tidak disadari oleh pikiran sadar.
Ada kalanya kita mengalami peristiwa tertentu di masa lalu yang menjadikan pikiran bawah sadar kita menyimpan asosiasi negatif tentang peristiwa itu – dan segala sesuatu yang terhubung dengannya – yang membuatnya ingin menghindari segala-sesuatu yang terhubung dengan apa pun yang berkaitan dengan peristiwa itu.
Ketika kita dihadapkan dengan situasi dimana situasi itu memiliki asosiasi sejenis dengan memori yang tersimpan di pikiran bawah sadar, maka pikiran bawah sadar pun ‘menyatakan ketidaknyamanannya’, pernyataan ketidaknyamanan dari pikiran bawah sadar inilah yang muncul dalam bentuk perasaan, pemikiran dan perilaku yang kita rasa tidak nyaman namun secara sadar sulit untuk kita pahami, kita terganggu oleh masalah itu namun tidak berdaya karena kekuatan dari pikiran sadar kita tidak bisa mengimbangi desakan kekuatan pikiran bawah sadar yang sedemikian besar.
Dalam Psikodinamika, terapis melakukan penggalian informasi pada klien melalui serangkaian teknik untuk bisa mengungkap bagaimana sebuah masalah tercipta dalam diri klien dan melakukan serangkaian intervensi agar masalah yang terbentuk di pikiran bawah sadar itu terselesaikan. sampai menghasilkan perubahan respon di pikiran sadar dalam bentuk perasaan, pemikiran dan perilaku yang lebih ideal.
PERSPEKTIF PSIKOLOGI HUMANISTIK (HUMANISTIC/PERSON-CENTERED PSYCHOLOGY)
Berkembang setelah periode Psikodinamika, aliran Humanistik meyakini hal yang sedikit berbeda dimana bukan otoritas terapis dalam memfasilitasi jalannya sesi terapi yang menentukan kualitas perubahan klien, melainkan hubungan yang humanis, yang terjalin antara terapis dan klien (dari sana jugalah berkembang nama ‘humanist’)
Terapi yang dipelopori Carl Rogers ini meyakini bahwa pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk menjadi versi terbaik dirinya, hanya saja selama naluri itu terkekang oleh berbagai macam ‘kerangkeng kehidupan’. Alih-alih menjadi terapis yang otoriter menentukan jalannya terapi, pendekatan Humanistik memberikan ruang pada klien untuk menjelajahi berbagai sisi dalam dirinya yang selama ini tidak disadarinya. Hampir tidak ada teknik khusus dalam pendekatan Humanistik, karena terapis memposisikan diri sebagai seorang sahabat yang mendengarkan klien dengan tulus dan tanpa syarat, terus menunjukkan penerimaan pada diri klien seutuhnya.
Kualitas hubungan yang tulus inilah yang diyakini dalam Humanistik memberikan ruang bagi klien untuk mengaktualisasikan versi terbaik dirinya dan memperbesar kapasitas dirinya, melampaui kondisi yang saat ini menjadi masalah baginya.
PERSPEKTIF PSIKOLOGI PERILAKU-KOGNITIF (COGNITIVE-BEHAVIORAL PSYHOLOGY)
Beranjak dari dua mahzab pendahulunya, terdapat mahzab lain dalam psikoterapi yang menggabungkan dua pendekatan utama: terapi kognitif (cognitive therapy) dan terapi perilaku (behaviour therapy), menjadi apa yang saat ini lebih dikenal sebagai Cognitive Behaviour Therapy (CBT).
Aaron Beck adalah sosok psikiater di belakang lahirnya CBT, yang juga terinspirasi dari modalitas lain pendahulunya: Rational Emotive Behavioural Therapy (REBT), yang dikembangkan Albert Ellis.
Saat ini CBT menjadi salah satu modalitas terapi yang paling banyak digunakan di berbagai negara Eropa, Amerika dan Australia, hal ini dikarenakan aplikasinya yang relatif sederhana dan memakan waktu yang lebih singkat dibandingkan Psikodinamika.
Berbeda dengan Psikodinamika yang berfokus pada eksplorasi masa lalu, CBT justru mengajak klien memfokuskan dirinya pada eksplorasi masa kini, pada pikiran dan perasaan dirinya yang berimbas pada munculnya perilaku atau respon spesifik.
CBT meyakini bahwa di balik setiap respon spesifik terdapat struktur pikiran dan perasaan yang melatari munculnya respon spesifik tersebut, termasuk yang melatari munculnya perasaan, pemikiran dan perilaku yang dianggap bermasalah. Namun tidak seperti Psikodinamika yang mencari tahu berbagai latar peristiwa masa lalu yang menyebabkan munculnya respon tersebut, CBT memfokuskan klien mengenali isi dalam pikirannya sendiri yang terjadi saat ini, mengenali respon berpikir otomatis (automatic thought) yang muncul saat ini dan bagaimana respon berpikir otomatis ini melahirkan masalah perasaan, pemikiran dan perilaku.
Beranjak dari identifikasi struktur automatic thought ini, terapis lalu memfasilitasi proses terapi klien dengan cara menetralisir automatic tought negatif (biasa disebut ‘NAT’, yang merupakan singkatan dari negative automatic thought) sambil kemudian menciptakan struktur berpikir baru yang lebih sehat dan harmonis, sesuai kebutuhan klien untuk bisa menampilkan kondisi idealnya.
PERSPEKTIF PSIKOTERAPI TUBUH (BODY-ORIENTED PSYCHOTHERAPY)
Merupakan pengembangan dari Psikodinamika yang meyakini bahwa setiap memori atas setiap kejadian yang kita alami beserta emosi yang menyertainya tersimpan di pikiran bawah sadar namun lebih dari itu, pendekatan ini meyakini bahwa setiap memori dan emosi itu juga terekam lebih jauh di di sistem tubuh fisik (soma) yang merespon ketika peristiwa yang mengancam tadi berlangsung, dimana ‘memori fisik’ inilah yang kelak dikenal sebagai somatic memory.
Terdapat dua muara dari somatic memory ini: pertama, ia aktif bersamaan dengan aktifnya memori dan emosi yang sudah tersimpan di pikiran bawah sadar ketika kita dihadapkan kembali dengan stimulus yang dulu membentuk kemunculan memori dan emosi itu di masa lalu, ketika memori dan emosi di pikiran bawah sadar itu aktif karena adanya stimulus, sensasi fisik yang dulu muncul pun ikut terasa menyertainya, misalnya saja yang terjadi pada orang yang merasa sesak dan pusing, atau sensasi fisik lainnya, ketika dihadapkan dengan objek fobia yang memang sangat ditakutinya atau stimulus lain yang membuatnya emosional.
Yang kedua, somatic memory itu terus ‘terperangkap’ dalam diri dan kemudian mempengaruhi cara kerja organ fisik sehingga ia pun turut menyebabkan munculnya penyakit fisik dan psikosomatis, dasar pemahaman tentang terperangkapnya somatic memory ini kemudian dipetakan secara praktis dalam bentuk body syndrome.
PERSPEKTIF PSIKOLOGI MERIDIAN (MERIDIAN PSYCHOLOGY)
Dibandingkan semua yang sudah disebutkan sebelumnya, Meridian Psychology termasuk lebih baru berkembang, terutama di masa ketika dunia pengobatan Barat mulai mengintegrasikan paham-paham pengobatan dari Timur.
Konsep meridian sebenarnya berkembang dari pengobatan Cina kuno, tepatnya dari metode pengobatan akupuntur, yang meyakini bahwa di dalam diri manusia terdapat sistem energi tubuh yang berhubungan dengan kesehatan fisik, mental dan emosional, ketika terjadi permasalahan pada fisik, pikiran atau pun perasaan yang juga menjadi masalah perilaku, maka terjadi gangguan pada sistem energi tubuh.
Sistem energi tubuh ini memiliki ‘jalur’ yang membuat energi bisa tersirkulasi ke seluruh tubuh, jalur energi inilah yang dimaksud sebagai meridian. Secara ideal, tubuh sudah memiliki sistem sirkulasi energi yang harus berjalan seimbang sesuai kapasitasnya, ketika sistem ini terganggu cara kerjanya maka muncullah masalah fisik, perasaan atau pikiran.
Dalam Meridian Psyhotherapy, terapis membantu klien menstabilkan kembali sistem energi tubuh di dalam meridian yang menyebabkan klien mengalami masalah, ketika sistem energi tubuh ini kembali stabil ke titik semula maka kembali stabil jugalah respon klien dalam menyikapi permasalahan di luar dirinya.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang coaching, konseling dan psikoterapi? Memerlukan layanan coaching, konseling dan psikoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari coaching, konseling dan psikoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.