Episode 53 – Resolusi Pencapaian vs Resolusi Kebiasaan
Salah satu penyebab banyak resolusi tidak tercapai adalah karena ketidakmampuan dalam mengidentifikasi apakah resolusi itu termasuk ke dalam resolusi pencapaian atau resolusi kebiasaan.
Saya pribadi termasuk yang lebih nyaman menetapkan resolusi dalam bentuk kebiasaan, hal ini karena resolusi kebiasaan menjadi satu jenis resolusi yang dengan sendirinya akan lebih mendekatkan kita pada resolusi pencapaian, berbeda dengan resolusi pencapaian yang ada kalanya melenakan dan menciptakan cukup banyak kefrustrasian.
Simak ulasan sederhananya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kelimapuluhtiga Life Restoration Podcast berjudul ‘Resolusi Pencapaian vs Resolusi Kebiasaan ’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Resolusi Pencapaian vs Resolusi Kebiasaan '
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode lima puluh tiga.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, selamat tahun baru 2022, selamat mengawali tahun dengan semangat baru dan pembaharuan diri yang baru di berbagai aspek kehidupan.
Pertama-tama, seperti biasa tentunya, doa terbaik semoga Anda sekalian selalu dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah dan damai-berbahagia dimana pun Anda berada.
Berjumpa kembali bersama saya, Alguskha Nalendra, di episode 53 Life Restoration Podcast kali ini, yang seperti biasa, menghadirkan bahasan seputar restorasi kehidupan dan transformasi diri.
Seperti biasa juga, tema bahasan kita di audio podcast ini tidak pernah jauh-jauh dari temuan terkini yang saya dapati dalam kehidupan sehari-hari yang saya jalani, selain untuk memudahkan mencari topik konten, pastinya juga untuk memastikan topik bahasan di podcast ini mengalir alami, tidak dibuat-buat.
Oh iya, sebagai pembuka bahasan kita di episode kali ini, saya ingin mengawali dengan mengucapkan terima kasih atas kesetiaan Anda mengikuti ulasan setiap episode di podcast ini, yang mulai diluncurkan di awal Januari tahun 2021 lalu.
Tidak terasa, 1 tahun dan 52 episode sudah kita lalui, saya berterima kasih atas segala respon dan interaksi Anda sekalian, utamanya di Youtube Channel saya, ada yang bertanya, berdiskusi, memberikan saran dan masukan, mengajukan topik bahasan untuk diangkat, dan bahkan ada juga yang memesan sesi konsultasi he…he…
Oh iya, sehubungan dengan saran dan masukkan, masih ada juga yang memberikan usulan agar isi dari podcast ini di Youtube diselingi dengan gambar atau video, untuk yang satu ini saya mohon maaf sekali, tapi saya tidak bisa melaksanakan usulannya, karena tidak sejalan dengan tujuan dibuatnya audio podcast ini.
Seperti pernah saya bahas di salah satu episode podcast saya terdahulu, audio podcast ini memang sengaja saya buat sebagai konten berbasis audio.
Pertama, karena memang podcast ini sebetulnya ditujukan untuk diunggah di Spotify Channel saya, Life Restoration Podcast, dimana Spotify ini sebagaimana kita ketahui bersama platform-nya berbasis audio, jadi memang kontennya pasti berbasis audio.
Konten ini diunggah ke Youtube, untuk memberikan ruang bagi mereka yang tidak aktif di Spotify – tapi lebih aktif di Youtube – agar juga mendapatkan akses ke konten audio podcast yang saya bagikan.
Kedua, karena memang saya sengaja mengalokasikan atensi untuk menciptakan konten khusus yang ditujukan untuk menstimulus kreativitas berbasis asosiasi bebas dalam pikiran bawah sadar para pendengarnya.
Hal ini sebetulnya pernah saya bahas di salah satu episode terdahulu, tapi tidak ada salahnya saya perjelas lagi kali ini.
Begini, sekarang coba pikirkan seekor elang, nah…apa imajinasi yang muncul di pikiran Anda ketika mendengar arahan itu? Bisa macam-macam kan?
Bisa jadi ada yang membayangkan elang sedang terbang, ada yang membayangkan elang itu sedang bertengger di puncak bukit, bahkan mungkin ada juga yang membayangkan elang yang sedang terbang rendah memangsa buruannya, intinya bisa bermacam-macam, itulah yang saya maksudkan asosiasi bebas.
Tapi lain ceritanya kalau saya menghadirkan elang itu dalam bentuk gambar atau video, kali ini imajinasi Anda hanya akan tertuju pada imej elang yang saya hadirkan dalam bentuk gambar atau video itu kan? Kalau saya menghadirkan gambaran elang terbang, maka itulah yang muncul di pikiran Anda, kalau saya menghadirkan gambaran elang sedang bertengger di pohon maka itu juga yang muncul di pikiran Anda, betul?
Memang hal itu tidak salah, tapi bukan itu tujuan dari dibuatnya audio podcast ini, inspirasi yang saya bagikan dalam audio podcast ini ditujukan untuk beresonansi dengan pikiran bawah sadar Anda melalui proses asosiasi bebas tadi, yaitu asosiasi yang dimunculkan secara bebas oleh pikiran bawah sadar sesuai dengan stimulus yang didengarnya.
Begini, meski disebut ‘asosiasi bebas’, sebenarnya ‘asosiasi bebas’ ini tidak sepenuhnya bebas begitu saja, melainkan akan muncul sesuai dengan pemikiran spontan dan basis data yang ada di pikiran bawah sadar.
Dengan kata lain: asosiasi yang dihadirkan itu adalah asosiasi yang sejalan dengan kondisi terkini dalam sistem kesadaran kita, apa pun yang dianggap penting atau mewakili isi dari sistem kesadaran kita tadi, sehingga meski pun konten inspirasinya berasal dari saya, tapi asosiasinya tetap sesuai dengan isi dari pikiran bawah sadar Anda.
Hal ini agar nantinya inspirasi yang dibagikan dalam konten itu bisa langsung diasosiasikan dan diserap oleh sistem kesadaran Anda dengan caranya masing-masing, sesuai dengan prioritas dan kebutuhannya, sehingga nantinya pun hikmah-pembelajarannya menjadi sesuatu yang bersifat personal bagi pikiran bawah sadar Anda.
Pikiran bawah sadar adalah tempat dimana berbagai program yang mengoperasikan hidup kita tersimpan, perubahan yang terjadi di pikiran bawah sadar akan menciptakan dampak yang revolusioner, itulah yang saya tujukan untuk ciptakan melalui episode audio podcast ini: perubahan di pikiran bawah sadar yang sesuai dengan prioritas kebutuhan dan basis data yang ada di dalamnya, melalui proses asosiasi bebas.
Jadi, bagi Anda yang ingin mendapatkan stimulus visual yang spesifik, audio podcast ini agaknya tidak akan cocok untuk Anda nikmati, karena bukan itu tujuan dari audio podcast ini…semoga bisa dipahami ya.
Tapi bukan berarti konten berbasis stimulus visual itu tidak ada, saya juga paham segmen yang menginginkan konten jenis itu ada, maka itulah saya membuat playlist lain yang berjudul Life Restoration Serial Video, nah kalau di segmen itu memang isinya murni video, kalau Anda adalah penikmat konten berbasis visual yang menyukai stimulus visual spesifik silakan nikmatinya konten yang ada di playlist itu ya, kedalaman isinya ya memang beda, tapi ya memang itu disengaja karena spesifikasi segmennya juga beda.
Ada segmen yang memang menyukai asosiasi bebas berbasis audio, nah kalau Anda adalah termasuk ke dalam segmen itu, selamat…Anda tiba di konten yang tepat he…he…
Wah tidak terasa juga, malah cukup panjang pembukaannya ya, tapi tidak apa-apa lah, karena memang bagaimana pun juga segmen untuk kontan saya yang jenis audio podcast ini bersifat spesifik dan biasanya termasuk follower setia.
Yes, ada beberapa follower saya yang memang benar-benar mengikuti setiap episode podcast saya dan benar-benar terhubung dengan setiap kontennya secara pribadi, nah untuk para follower jenis ini, yang sudah seperti tribe bagi saya, saya juga ingin di setiap episodenya menyapa mereka dan meng-update kabar perkembangan terkini saya secara pribadi, agar kedekatan emosionalnya selalu terjaga.
Maka itulah bagian pembukaannya kadang cukup panjang, karena kedekatan emosional itu yang ingin saya jaga, kalau Anda bukan termasuk follower yang jenis ini ya sederhana saja, percepat saja bagian pembukaannya ini he…he…jadi Anda bisa langsung masuk ke inti bahasan, atau kalau tidak ya sekalian saja jangan menyimak jenis konten yang ini, nikmati saja konten jenis lain di channel saya yang memang ditujukan untuk segmen lain he…he…
Nah, itu adalah pembukaan ringan kita, semoga semakin memperjelas karakter dari podcast ini ya, kali ini mari kita masuk ke topik bahasan kita di episode 53 kali ini yang berhubungan dengan resolusi tahun baru.
Yes, momen pergantian tahun baru pada umumnya identik dengan pembuatan resolusi baru, kira-kira resolusi apa yang Anda buat tahun ini?
Saya pribadi sekali lagi ingin mengucapkan terima kasih, karena atas dukungan Andalah resolusi tahun 2021 saya tercapai, yaitu konsisten berkarya di media sosial.
Begitulah, resolusi saya memang tidak muluk-muluk, yaitu bisa konsisten berkarya di media sosial setiap hari, minggu dan bulannya.
Membicarakan resolusi ini, pastinya ada banyak jenis resolusi ditetapkan di awal tahun oleh banyak kalangan, terlepas dari resolusi ini bisa macam-macam jenisnya, saya hanya membaginya menjadi dua jenis resolusi, yaitu resolusi hasil atau resolusi pencapaian, dan resolusi proses atau resolusi kebiasaan.
Bedanya apa? Begini, resolusi hasil mengacu kepada bentuk akhir ideal yang kita harapkan nantinya bisa kita dapatkan, peroleh atau capai.
Resolusi akhir ini biasanya ditetapkan dalam bentuk hasil – ya namanya juga resolusi hasil pasti bentuk akhirnya adalah hasil – misalnya ingin meningkatkan pencapaian finansial agar mencapai besaran tertentu nantinya, atau meningkatkan kualitas kesehatan agar memenuhi kualitas kesehatan fisik tertentu nantinya.
Apa saja ciri dari resolusi hasil ini? Saya mendefinisikan dua ciri dari resolusi akhir ini, yaitu: pertama, ia mengacu pada aspek spesifik, misalnya saja aspek kesehatan, aspek keuangan, aspek hubungan atau aspek lainnya.
Kedua, biasanya ia didenisikan dengan adanya indikator tertentu yang terukur – seperti di contoh tadi – mendapatkan peningkatan kondisi keuangan agar mencapai besaran tertentu misalnya.
Bahasan lebih mendetail tentang prinsip dan teknik pembuatan resolusi ini sudah pernah saya bahas di episode podcast saya tahun lalu ya, masih di bulan yang sama, yaitu bulan Januari, 2021, maka di episode kali ini saya tidak akan masuk ke bahasan itu lagi, agar cakupannya bisa dibatasi cukup di penegasan akan ‘pentingnya menetapkan resolusi proses atau resolusi kebiasaan’.
Ups…ternyata malah sudah terlanjur terbahas poin dari pentingnya resolusi proses atau resolusi kebiasaan ini, ya tidak apa-apa lah, sekalian saja kita bahas isinya sekarang.
Baiklah, waktunya kita masuk ke penetapan resolusi yang saya sukai ya, yaitu resolusi proses atau resolusi kebiasaan, dan memang resolusi ini juga yang saya tetapkan di tahun 2021 kemarin, dan puji syukur berhasil tercapai he…he…
Resolusi kebiasaan mengacu pada perubahan perilaku, yaitu perilaku apa yang kita tetapkan akan jaga sebagai sebuah kebiasaan konsisten, kalau resolusi pencapaian mendefinisikan hasil akhir, resolusi kebiasaan mendefinisikan proses rutin yang kita lakukan sebagai sebuah kebiasaan konsisten, bahkan sebagai bagian dari ‘gaya hidup’.
Saya sendiri menetapkan resolusi kebiasaan ini tahun 2021 kemarin dalam bentuk menetapkan kebiasaan untuk rutin dan konsisten berkarya di media sosial, karya ini saya tuangkan dalam bentuk desain Instagram feed, lalu artikel di website, audio podcast, seperti yang Anda dengarkan sekarang, termasuk juga berbagai serial video inspiratif.
Karena akan dilakukan sebagai sebuah kebiasaan, resolusi kebiasaan biasanya mensyaratkan perencanaan, termasuk pengelolaan aktivitas dalam menjalani waktu, berupa ‘penjadwalan’, nah disinilah serunya he…he…
Kenapa saya katakan ‘seru’? Karena resolusi kebiasaan mensyaratkan komitmen yang luar biasa.
Resolusi pencapaian bisa jadi ada kalanya dmaknai sebagai “Mau gimana caranya, mau kapan mengerjakannya, yang penting hasil akhirnya tercapai deh”, sehingga ada kalanya ia bisa jadi membuat kita ‘lalai’, menunda dan bahkan pada akhirnya terlena, tahu-tahu sudah dekat deadline baru sadar bahwa banyak hal terlewatkan, akhirnya mulai ragu apakah bisa mencapai resolusi yang ditetapkan atau tidak, ketika akhirnya semakin mendapati bahwa tidak mungkin resolusi itu bisa dicapai, maka muncullah respon menyerah, respon menyerah ini akhirnya membuat diri jadi ragu apakah resolusi ini bisa dicapai di periode berikutnya, tidak jarang juga akhirnya diri menjadi malas dan akhirnya masa bodoh, tidak perlu resolusi apa pun, yang penting jalani saja apa adanya.
Sayangnya, meski terdengar bijak, ungkapan itu ternyata membawa rasa frustrasi dan pelarian, maka jadinya hanya ungkapan untuk menghibur ego saja yang sebenarnya tidak rela tapi banyak penyangkalan.
Lain dengan resolusi kebiasaan, ia mensyaratkan kita untuk mengalokasikan waktu setiap hari, minggu dan bulan untuk mengelola energi kita sebaik mungkin, karena kita tahu hal itu akan kita lakukan konsisten. Kita meletakkan kebiasaan itu sebagai prioritas, sehingga kita bisa mengatur aktivitas lain agar kebiasaan itu tetap terjaga dengan baik.
Apakah mudah? Sama sekali tidak, setidaknya itu yang saya alami…
Ketika saya menetapkan resolusi kebiasaan untuk rutin berkarya di media sosial secara konsisten, saya harus belajar dari pengalaman bahwa dulu juga resolusi ini pernah saya putuskan tapi ternyata tidak berjalan baik, konsistensi itu tidak terjaga.
Belajar dari pengalaman terdahulu, saya menyadari bahwa ternyata pengelolaan waktu dan aktivitas yang saya lakukan belumlah optimal, saya juga menyadari bahwa ternyata tidak cukup alasan yang kuat saya miliki dalam diri untuk bisa menjaga kebiasaan itu sebagai sebuah aktivitas rutin.
Maka itulah yang kemudian saya lakukan sebagai solusi, saya merenungkan terlebih dulu, apakah benar rutin konsisten berkarya ini sesuatu hal yang sedemikian penting untuk dijaga, lalu dengan cara apa saya bisa ‘menjadwalkan diri’ atau mengelola aktivitas agar hal ini bisa terjaga secara konsisten,
Hasil dari proses itu membawa saya pada dua hal, pertama yaitu kesadaran dan tekad bahwa kebiasaan ini kali ini haruslah dijaga sebagai sebuah kebiasaan konsisten, tidak lain dan tidak bukan karena saya sadar bahwa ada banyak kalangan yang menyatakan bahwa menurut mereka ada begitu banyak pemikiran saya yang dianggap menginspirasi – menurut mereka lho ya, saya sih tidak tahu jelasnya – tapi sayangnya sulit menemukan jejak pemikiran itu di media sosial, sementara sekarang ini sudah eranya era digital dimana internet dan media sosial menjadi tempat dimana orang-orang mencari referensi, sehingga ada banyak market potensial yang seharusnya bisa tergarap malah tidak tergarap karena mereka tidak bisa menemukan jejak pemikiran itu di media sosial.
Hal itu saja sudah menyadarkan saya bahwa sebenarnya ada banyak resolusi pencapaian yang bisa terwujud sebelumnya, tapi ternyata tidak terwujud karena tidak ada jejak karya yang terdata untuk bisa menjangkau pasar, maka itu sudah cukup menjadi sebuah alasan kuat untuk saya bisa rutin berkarya tadi.
Berikutnya, saya juga menyiapkan storyboard, sebuah penjadwalan dimana di storyboard itulah berbagai jadwal karya media sosial saya ditetapkan sebagai sebuah target kebiasaan yang harus dipenuhi dari waktu ke waktu, dengan mengikuti jadwal yang ada itulah karya saya di media sosial diluncurkan.
Sroryboard ini menjadi solusi untuk mengelola kebiasaan, karena dengan adanya jadwal dan target harian yang jelas saya juga jadi lebih mudah mengelola aktivitas lainnya, utamanya karena saya tahu ada kebiasaan primer yang harus saya jaga, maka aktivitas lain menjadi menyesuaikan agar kebiasaan primer itu tetap terjaga dengan baik.
Di sisi lain saya juga menyadari bahwa seharusnya masih ada banyak potensi dalam diri yang bisa dieksplorasi, tapi selama ini itu semua tidak tereksplorasi dengan baik karena terlalu nyaman, maka dengan niatan menjaga konsistensi itulah saya meniatkan untuk menantang diri sendiri, menantang diri untuk mendobrak batasan lama, mendobrak berbagai ‘kebuntuan ide’ yang sering dijadikan alasan untuk tidak berkarya.
Ternyata memang hal itu sangat bermanfaat, ketika kita mulai lebih sering menantang diri ini, ternyata naluri kita juga jadi lebih terlatih, cara kerja otak juga jadi lebih tertantang dan lebih banyak kreativitas mengalir darinya.
Memang seperti saya katakan sebelumnya, tidak mudah juga menjaga konsistensi kebiasan ini, ada saja masanya dimana ternyata terjadi hal-hal di luar kendali yang membuat resolusi kebiasaan itu terganggu atau tidak terlaksanakan, disinilah saya juga belajar untuk bisa berdamai dengan keadaan, tidak menjadikan itu sebuah ‘pukulan’ yang membuat diri ini down, ketika gangguan terjadi saya bisa fokus mengarahkan atensi saya pada solusi, apa yang harus dilakukan agar memperbaiki situasi itu dan konsistensi bisa kembali terjaga, tidak uring-uringan berkepanjangan lah.
Kalau saya ditanya lebih baik mana menetapkan resolusi hasil atau resolusi pencapaian dengan resolusi proses atau resolusi kebiasaan, saya akan mengatakan dengan tegas: resolusi kebiasaan.
Kenapa saya katakan resolusi proses atau resolusi kebiasaan ini lebih penting dari resolusi hasil atau pencapaian? Begini, karena ada resolusi yang memang sejak awal dibuat ternyata tidak bisa didefinisikan sebagai resolusi pencapaian, ia hanya bisa didefinisikan sebagai resolusi kebiasaan, dengan kata lain: tidak semua resolusi bisa dikategorikan sebagai resolusi pencapaian.
Lain dengan resolusi kebiasaan, ia bisa ditetapkan tanpa adanya resolusi pencapaian sekali pun, tapi ia bisa juga menjadi wujud aksi-tindakan nyata untuk mewujudkan resolusi pencapaian yang sudah dibuat sebelumnya.
Beberapa resolusi memang bisa dijadikan resolusi pencapaian karena ada tolak ukur yang jelas untuk dicapai, misalnya ingin mencapai kondisi keuangan tertentu, di sini ada ukuran angka yang spesifik untuk dicapai kan? Atau kondisi kesehatan tertentu, di sini juga masih ada ukuran spesifik untuk dicapai, yaitu berat badan, ukuran tubuh, tekanan darah, dan lain sebagainya.
Tapi ada beberapa resolusi yang sulit dijadikan resolusi pencapaian murni, misalnya saja ingin meningkatkan kualitas hubungan dengan keluarga, apa kira-kira tolak ukur sebuah hubungan sudah meningkat? Di sini agak sulit mengukur tolak ukur pencapaiannya kan.
Maka yang bisa dilakukan adalah menetapkan resolusi kebiasaan, yaitu mengalokasikan waktu dan tenaga untuk bisa menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga secara rutin, membiasakan lebih sering melakukan hal tertentu yang bisa membuat mereka lebih dekat nantinya, dan banyak lagi, intinya ada perubahan perilaku yang bisa dilakukan secara rutin yang nantinya hasil dari perubahan perilaku itu bisa semakin meningkatkan kualitas hubungan kita bersama keluarga.
Sekali lagi, menyoroti pentingnya resolusi kebiasaan, semua resolusi selalu bisa nantinya diterjemahkan ke dalam resolusi ini, dan bahkan poin plusnya adalah resolusi kebiasaan yang dijalankan secara konsisten akan membawa kita pada resolusi pencapaian.
Tidak semua resolusi bisa dijadikan resolusi pencapaian, tapi semua resolusi pasti bisa dijadikan resolusi kebiasaan, dan bahkan resolusi kebiasaan akan mengantarkan kita mewujudkan resolusi pencapaian, kita hanya perlu mendefinisikan secara cermat bagaimana resolusi kebiasaan itu bisa secara strategis nantinya mengantarkan kita pada resolusi pencapaian yang kita tetapkan sebelumnya.
Jadi, mari fokus ke resolusi kebiasaan, terlepas dari apakah Anda sudah menetapkan resolusi pencapaian atau belum, mari renungkan kebiasaan apa yang Anda ingin tetapkan untuk dijaga di tahun ini? Kenapa Anda memilih menetapkan kebiasaan itu sebagai resolusi? Apa alasan penting untuk menjaga kebiasaan itu sebagai sebuah resolusi?
Berikutnya, bagaimana Anda menjadwalkan diri untuk menjaga kebiasaan itu? Kapan saja kebiasaan itu dilakukan, harian, 2 hari sekali, seminggu sekali, 2x seminggu atau bagaimana? Kalau Anda memang menghubungkannya dengan resolusi pencapaian, temukan hubungan yang lebih jelas bagaimana menjaga resolusi kebiasaan itu akan mengantarkan Anda pada terwujudnya resolusi pencapaian, karena hal itu akan menjaga semangat konsisten dan kedisiplinan Anda untuk terus menjaga kebiasaan itu.
Jadi sekali lagi, resolusi kebiasaan apa yang Anda siapkan untuk dijaga tahun 2022 ini?
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.